Iklan Baris Anda

Lakukan Pemberian Nutrisi dengan Protein Terhidrolisasi Parsial

Bayi sehat (net)
Bayi sehat (net)

 

Surabaya, BisnisSurabayaNews.com-Anak-anak dengan faktor risiko tidak toleran terhadap protein susu sapi memerlukan upaya penanganan sejak dini untuk optimalisasi tumbuh-kembang anak dan pencegahan dampak jangka panjang. Salah satu upaya penanganan sejak dini yang paling penting adalah pemberian nutrisi awal kehidupan yang tepat, yaitu nutrisi yang mudah dicerna dan well toletared bagi anak-anak yang tidak toleran terhadap protein susu sapi.

Sedangkan bagi anak yang telah terkena alergi dibutuhkan nutrisi yang dapat menekan sensitisasi (tingkat alergi), aman, dan dapat memenuhi semua zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan.

Ahli Alergi Imunologi, Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSU Dr. Soetomo, DR. Dr. Anang Endaryanto, SpA(K) saat diskusi Nutritalk yang diselenggarakan oleh Sarihusada mengatakan, Anak-anak yang kedua orang tua dengan riwayat alergi memiliki risiko alergi sebesar 40%-60%. Risiko ini lebih besar lagi pada anak-anak dengan kedua orang tua yang memiliki riwayat alergi dan manifestasi sama, yaitu sebesar 60%-80%.

Ia menambahkan, anak dengan salah satu orang tua memiliki riwayat alergi berisiko mengalami alergi sebesar 20%-30%. Jika saudara memiliki riwayat alergi, anak berisiko mengalami alergi sebesar 25%-30%. Bahkan anak dengan orang tua yang tidak memiliki riwayat alergi pun berisiko mengalami alergi sebesar 5%-15%.

“Sebesar apapun risiko alergi yang dimiliki anak, penanganan sedini mungkin perlu ditempuh, sehingga anak terhindar dari dampak jangka panjang alergi dan tumbuh kembang tidak terhambat. Penanganan ini seperti mengenal gejala alergi, alergen pemicu, dan memantau asupan nutrisi,” katanya.

Ketua Divisi Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSU Dr. Soetomo, DR. Dr. Ahmad Suryawan, SpA(K) menambahkan, penyakit alergi timbul karena sistem imun anak memiliki sensitivitas yang berlebihan terhadap protein asing yang bagi individu lain tidak berbahaya. Anak-anak dengan risiko alergi protein susu sapi akan memberikan reaksi abnormal terhadap asupan nutrisi yang mengandung protein susu sapi karena interaksi antara satu atau lebih protein susu dengan satu atau lebih mekanisme kekebalan tubuh.

Ia menambahkan, apabila seorang anak sampai terkena alergi maka hal ini bisa mempengaruhi status kesehatannya sehingga ke depannya bisa juga mempengaruhi kualitas hidupnya seperti pada perilaku sosial, performa sekolah dan prestasi akademiknya.

“Dibutuhkan intervensi nutrisi yang tepat bagi anak-anak dengan risiko alergi, sehingga anak terhindar dari alergen pemicu, tapi tetap memperoleh nutrisi yang dibutuhkan untuk mendukung tumbuh kembang yang optimal. Intervensi nutrisi yang dapat dilakukan terhadap anak-anak dengan risiko tidak toleran terhadap protein susu sapi salah satunya adalah pemberian nutrisi dengan protein terhidrolisasi parsial,” katanya.

Protein terhidrolisis parsial adalah sebuah hasil dari teknologi yang memotong panjang rantai protein menjadi lebih pendek dan memperkecil ukuran massa molekul protein sehingga protein akan lebih mudah dicerna dan diterima oleh anak.

Dengan rantai yang lebih pendek dan ukuran massa molekul yang lebih kecil, tidak berarti kandungan nutrisi protein terhidrolisis parsial berkurang.  Sebaliknya rantai yang lebih pendek dan ukuran massa molekul yang lebih kecil memudahkan nutrisi yang dikandung dicerna dan diserap.

“Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan pemberian nutrisi dengan protein terhidrolisis parsial sebagai salah satu langkah praktis dalam upaya intervensi nutrisi bagi anak dengan faktor risiko tidak toleran protein susu sapi, karena proteinnya lebih mudah dicerna dan diterima oleh anak.,” katanya.

Pada Nutritalk kali ini juga diperkenalkan Kartu Deteksi Dini UKK Alergi Imunologi yang diterbitkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Head of Corporate Affairs Sarihusada, Arif Mujahidin menerangkan, kartu yang memuat nilai risiko keluarga pada ayah, ibu, dan saudara kandung ini dapat membantu orang tua untuk menghitung risiko alergi pada anak, sehingga penanganan alergi dapat dilakukan sedini mungkin dan sekomperehensif mungkin.

“Kami membantu memperkenalkan tool dan menyelenggarakan diskusi nutrisi ini sebagai bagian dari komitmen kami memberikan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai alergi dan langkah-langkah praktis yang dapat dilakukan,” pungkasnya. (diyah)

Check Also

Pertama di Indonesia, Locus Medical Hub Berkonsep Doctors Office Suites 4

Pertama di Indonesia, Locus Medical Hub Berkonsep Doctors Office Suites

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.