Surabaya, (bisnisnasional.com) – Melalui event Employment Matching Fair in Hamamatsu 2023 beberapa waktu lalu, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo mempromosikan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang bertujuan membantu memenuhi kebutuhan tenaga kerja asing di Jepang.
Kegiatan tersebut dilatarbelakangi oleh kondisi Jepang saat ini yang membutuhkan sekitar 6,74 juta tenaga kerja asing pada tahun 2040.
Mengetahui hal tersebut, CEO Pocket Nihongo, William Tanzania telah membidik kesempatan itu untuk merekrut warga Indonesia yang ingin bekerja disana.
Sebagai informasi, William pergi ke Jepang pada 2016. Berbekal hobinya main game, ia daftar kuliah di HAL Osaka University D4 jurusan game design. Dan pada 2022 ia memerima penghargaan sebagai lulusan Founder Institute Japan 2022, sebuah inkubator startup berpusat di Sillicon Valley.
“Jadi saya ke Jepang itu karena hobi game sih sebenarnya. Nekat juga lha wong waktu itu saya belum bisa bahasa Jepang. Dan ternyata di sana banyak juga orang Jepang yang nggak bisa bahasa inggris. Tapi saya akhirnya belajar bahasa Jepang hingga lancar,” kenangnya.
Setelah hampir 7 tahun di Jepang, tepatnya Agustus 2022 di tengah pandemi yang belum usai dia nekad kembali ke tanah air. Alasan adalah untuk memperkuat team di Indonesia sehingga bisa lebih fokus ketika mau mengembangkan Pocket Nihongo. Juga lebih mudah untuk menandatangani kontrak B2B dengan client dan memberikan seminar secara langsung ke murid-murid.
Meskipun baru hadir, tapi Pocket Nihongo mempunyai business partner yang cukup bergengsi diantaranya adalah David Tjokrorahardjo, Alva Tjenderasa, Merry Riana dan Fredy Dermawan. Semuanya tinggal di Indonesia, sehingga kepulangan William akan mempermudah untuk diskusi secara langsung dengan mereka.
Sedangkan pertimbangan William membuka Pocket Nihongo di Indonesia ada beberapa alasan. Karena orang Indonesia mempelajari bahasa Jepang terbanyak nomer 1 di Asia Tenggara dan nomer 2 di dunia. Juga pelajar SMA yang belajar bahasa Jepang di sekolahnya ada 8 juta jiwa yaitu 10% dari semua murid SMA di Indonesia.
Alasan lainnya yaitu karena jumlah pengangguran di Indonesia ada 8 juta jiwa sedangkan di Jepang ada 5 juta loker, sehingga peluang dapat kerja lebih tinggi daripada indonesia sendiri. Termasuk UMR Jepang 20 juta rupiah dengan potongan 35-50% termasuk biaya hidup sehingga bisa menabung Rp 10 juta tiap bulan.
“Budaya Jepang sudah melekat di Indonesia bahkan lebih dari 10 tahun. Sehingga orang Indonesia yang kerja di Jepang bukan untuk uang saja, tapi suka dengan semua yang berbau Jepang termasuk anime, budaya, maupun teknologinya,” tambahnya.
William mempunyai visi dalam mengembangkan Pocket Nihongo, yaitu memberangkatkan 10.000 orang Indonesia bahkan hanya lulusan SLTA (SMA, SMK) sederajat bisa bekerja di Jepang hingga 2025. Dengan begitu mereka yang bekerja di Jepang diharapkan bisa memperbaiki ekonomi keluarga dan orang terdekat. (in)