Jakarta, (bisnisnasional.com) – Dalam Rapat Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) beberapa waktu lalu menegaskan stabilitas sektor jasa keuangan Indonesia tetap terjaga, meski tekanan akibat meningkatnya risiko geopolitik global semakin terasa.
Kemenangan Presiden terpilih Donald Trump di Amerika Serikat dan ketegangan geopolitik di Asia, Eropa, Timur Tengah, serta konflik berkepanjangan di Ukraina memicu kekhawatiran terhadap ketidakpastian ekonomi global.
Meskipun begitu, perekonomian global mencatat kinerja yang lebih baik dari ekspektasi. Penguatan pasar tenaga kerja dan permintaan domestik di Amerika Serikat, pemulihan sektor produksi Tiongkok, serta perbaikan indikator ekonomi di Eropa menjadi titik terang di tengah tantangan global.
Di Indonesia sendiri, ekonomi tetap menunjukkan stabilitas dengan pertumbuhan triwulan III mencapai 4,95% (yoy) dan kumulatif hingga triwulan III sebesar 5,03%. Inflasi terkendali berkat stabilitas harga pangan, meski penjualan ritel dan kendaraan bermotor mengalami pelemahan.
Pasar saham mencatat koreksi, dengan IHSG melemah 6,07% ke level 7.114,27 pada November 2024. Kapitalisasi pasar turun menjadi Rp12.000 triliun. Namun, pasar obligasi menunjukkan penguatan, sementara penghimpunan dana di pasar modal mencapai Rp219,45 triliun, termasuk kontribusi dari 34 emiten baru.
Pertumbuhan kredit perbankan mencapai 10,92% (yoy) dengan total kredit Rp7.656,90 triliun. Dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 6,74% (yoy) menjadi Rp8.751,16 triliun, dengan likuiditas tetap memadai. Rasio kredit bermasalah (NPL) terjaga di angka 2,20% (gross) dan Loan at Risk (LaR) terus membaik, mendekati level pra-pandemi.
Tingkat profitabilitas perbankan juga solid, dengan rasio ROA sebesar 2,73% dan rasio kecukupan modal (CAR) mencapai 27,07%.
Dalam upaya menjaga integritas sektor keuangan, OJK terus memperkuat langkah penegakan hukum, termasuk melalui Satgas Pemberantasan Perjudian Daring. Hingga saat ini, lebih dari 8.000 rekening telah diblokir untuk mencegah aktivitas ilegal.
Pihak OJK berkomitmen untuk terus berkoordinasi dengan berbagai pihak guna menghadapi tantangan global, memastikan sektor jasa keuangan tetap stabil, dan mendukung perekonomian nasional di tengah ketidakpastian.
Pasar saham domestik di November 2024 melemah sebesar 6,07 persen mtd per 29 November 2024 ke level 7.114,27 (secara ytd: melemah 2,18 persen). Nilai kapitalisasi pasar tercatat sebesar Rp12.000 triliun atau turun 5,48 persen mtd (secara ytd naik 2,87 persen). Sementara itu, non-resident mencatatkan net sell sebesar Rp16,81 triliun mtd (ytd: net buy Rp21,56 triliun).
Secara mtd, pelemahan terjadi hampir di seluruh sektor dengan pelemahan terbesar di sektor basic materials dan property & real estate. Di sisi likuiditas transaksi, ratarata nilai transaksi harian pasar saham tercatat Rp12,78 triliun ytd.
Di pasar obligasi, indeks pasar obligasi ICBI naik 0,15 persen mtd (naik 4,95 persen ytd) ke level 393,14, dengan yield SBN rata-rata naik 8,41 bps mtd (ytd: naik 26,34 bps) per 29 November 2024 dan non-resident mencatatkan net sell sebesar Rp13,07 triliun mtd (ytd: net buy Rp30,44 triliun) per 29 November 2024.
Untuk pasar obligasi korporasi, investor non-resident mencatatkan net buy sebesar Rp0,22 triliun mtd (ytd: net sell Rp2,45 triliun). Di industri pengelolaan investasi, nilai Asset Under Management (AUM) tercatat sebesar Rp844,04 triliun (turun 0,95 persen mtd atau naik 2,34 persen ytd) pada 29 November 2024, dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana tercatat sebesar Rp494,45 triliun atau turun 1,17 persen mtd (ytd: turun 1,40 persen) pada 29 November 2024 dan tercatat net subscription sebesar Rp3,0 triliun mtd (ytd: net redemption Rp6,87 triliun).
Penghimpunan dana di pasar modal masih dalam tren yang positif, tercatat nilai Penawaran Umum mencapai Rp219,45 triliun di antaranya merupakan fund raising dari 34 emiten baru yang melakukan fund raising dan penawaran umum dengan nilai mencapai Rp51,20 triliun melalui IPO Saham, Penerbitan EBUS dan Penawaran Umum oleh Pemegang Saham. Sementara itu, masih terdapat 133 pipeline Penawaran Umum dengan perkiraan nilai indikatif sebesar Rp58,34 triliun.
Untuk penggalangan dana pada Securities Crowdfunding (SCF), sejak pemberlakuan ketentuan SCF hingga 29 November 2024, telah terdapat 18 penyelenggara yang telah mendapatkan izin dari OJK dengan 694 penerbitan Efek, 170.450 pemodal, dan total dana SCF yang dihimpun dan teradministrasi di KSEI sebesar Rp1,33 triliun.
Pada Bursa Karbon, sejak diluncurkan pada 26 September 2023 hingga 29 November 2024, tercatat 94 pengguna jasa yang mendapatkan izin dengan total volume sebesar 906.440 tCO2e dan akumulasi nilai sebesar Rp50,55 miliar, dengan rincian nilai transaksi 19,83 persen di Pasar Reguler, 43,39 persen di Pasar Negosiasi, 36,56 persen di Pasar Lelang, dan 0,22 persen di marketplace. (in)