
Surabaya, (bisnisnasional.com) – Setelah sukses merayakan satu dekade di tahun sebelumnya, Basha Market kembali hadir dengan skala yang lebih besar dan lebih segar. Berlokasi di Next Gen Multipurpose Hall, Ciputra World Surabaya, tahun ini Basha membawa tema Labyrinth.
Konsep Labyrinth menyajikan sebuah perjalanan menyusuri lorong kenangan, mengeksplorasi memori, persepsi dan nilai. Pemilihan warna emas sebagai metafora melambangkan harta karun yang tersembunyi di masing-masing diri.
Tahun ini, Basha bekerja sama dengan agency Of Sorts dan Sciencewerk untuk merealisasikan konsep Labyrinth. Pengunjung juga akan menemukan karakter kelinci yang terjebak di dalam beberapa kotak, hal tersebut juga merupakan reflektif dari manusia yang seringkali terjebak dalam suatu kenangan dan sulit untuk melepaskannya.
Co-Founder Basha, Devina Sugono menyebutkan bahwa pada Basha Market Labyrinth ada beberapa program yang dijalankan guna mempertebal lagi unsur story telling di dalam brand-brand yang bergabung.
“Kami menjalankan beberapa program mulai dari sebelum Basha berlangsung sampai nanti hari terakhir Basha. Seluruh program tujuannya mensupport seluruh brand. Kami bekerjasama dengan Key Opinion Leader atau KOL dari berbagai segmen untuk mereview lebih dulu produk-produk yang akan hadir di Basha. Program ini kita sebut Basha Haul dan sudah kita jalankan sejak beberapa Basha lalu,” katanya.
Selain Basha Haul, ada juga Basha UGC Corner yang menjadi program terbaru di Basha Market – Labyrinth. Program ini melibatkan profesional host yang akan ngobrol bersama brand owner untuk menggali story behind the brand, menampilkan hingga memberikan ulasan mengenai produk-produk di Basha Market – Labyrinth.
Sejak pertama kali digelar, Basha selalu konsisten untuk menyajikan kebaruan konsep di setiap acaranya, hal tersebut selalu menghasilkan tingginya antusiasme masyarakat terhadap event ini, menjadikan Basha bukan sekadar “market” belaka, melainkan ruang untuk merayakan pertumbuhan industri lokal di Indonesia.
Basha mengambil peran menjadi wadah kolaborasi dan pertemuan antara pengusaha lokal, kreator, dan tentunya masyarakat.
Sementara itu Co-Founder Basha, Christie Erin menyebutkan bahwa sangat senang dapat kembali memberikan ruang kolaborasi antara kreator dan beberapa brand, setelah tahun lalu berhasil membawa Disney Indonesia menjadi inspirasi berkarya brand lokal.
“Tahun ini dapat kesempatan lagi untuk menjadi ‘mak comblang’ antara brand dan kreator, sejauh mana brand mampu untuk terus beradaptasi mengingat tuntutan konsumen yang semakin kritis dalam memilih brand yang mereka sukai,” ujar Erin.
Kehadiran Basha Market bukan hanya memberi dampak ekonomi langsung bagi para pelaku usaha, tetapi juga menghadirkan multiplier effect yang lebih luas.
Devina Sugono menambahkan bahwa dari satu kali penyelenggaraan Basha, banyak yang juga mendapatkan dampaknya. “Selalu senang ketika melihat semuanya ikutan ‘sibuk’ karena adanya Basha Market. Beberapa profesi atau lini bisnis seperti fotografer, fashion stylish, concept director, studio foto, bahkan event venue juga ikutan. Kami jadi merasa semua yang terlibat ikut memiliki acara ini,,” ujar Devina.
Kedepannya Basha berharap selalu bisa berdampak untuk industri kreatif di Indonesia.
Erin juga menambahkan, pihaknya membangun Basha benar-benar dari belum banyak adanya brand lokal, sampai sekarang brand lokal sudah menjadi pilihan utama di masyarakat. Apa yang di cita-citakan dulu di awal, perlahan sudah terbentuk wujudnya.
“Kami berharap bisa lebih besar terus untuk kedepannya, agar dapat mewadahi lebih besar juga untuk industri kreatif lokal yang selalu bertumbuh,” tutup Erin. (in)