Iklan Baris Anda

Bedah Buku Sang Badut dan Penyair

Bedah Buku Sang Badut dan Penyair 1

Surabaya, (bisnisnasional.com) – Setelah beberapa waktu lalu menghadirkan lima buku di masa pandemi ini, pelukis asal Surabaya, Hamid Nabhan melakukan bedah buku pada salah satu buku terbarunya yang berjudul Badut dan Sang Penyair bersama Prof. Yakob Sumadjo, Sirikit Syah dan beberapa rekan lainnya.

Menurut Prof. Yakob Sumardjo, Kritikus dan Guru Besar ISBI Bandung bahwa, ia mengulas tentang karya Hamid Nabhan bukan sekali ini. Ia mengenal Hamid sebagai pelukis alam, pelukis cat air dan ternyata Hamid juga menulis puisi dan ia diminta untuk mengulas beberapa karya Hamid.

“Dan sekarang buku Sang Badut dan Penyair. Pak Hamid menekankan tokoh fiktif yang dipilihnya yakni badut. Saya lihat di Indonesia sendiri sang badut itu punokawan, tokoh badut ini punokawa dalam pewayangan,” ujarnya.

Menurutnya tokoh badut adalah orang yang suka melucu, tapi kelucuan bukan yang rendah tapi ada filosofinya dalam konsep. Sedangkan tokoh penyair adalah orang yang serius. Keduanya memiliki karakter kuat. Jadi ia menyarankan ketika ingin melanjutkan, silahkan fokus pada tokohnya.

“Saya mendorong untuk lebih menggali cerpen ini. Biasanya orang membuat cerpen intinya ada didua bait tapi bait lainnya tidak jelas. Padahal harus digali bait yang menjadi inti cerpen tersebut. Dan saya melihat cerpen pak Hamid sudah lumayan, ada bentuknya dan isinya serta pemilihan tokohnya juga bagus,” terangnya.

Sementara itu, menurut Sirikit Syah, konflik yang dibuat dalam cerpen karya Hamid ini sangat sederhana dan konfilknya hampir tidak ada. Ia juga menegaskan jika cocok disebut buku novel namun kurang panjang.

“Kalau mau menjadi novel bisa expansi, dipanjangkan. Tapi secara umum menurut saya gagasan atau idenya belum ditulis orang lain. Idenya sangat menarik, sedikit memperpanjang bisa menjadi novel. Mudah-mudahan menjadi bacaan yang bermanfaat,” harapnya.

Dalam kesempatan yang sama, Hamid menceritakan jika sebetulnya cerita ini sederhana dan selesai dalam semalam. “Mungkin kebetulan saat mood saya lagi bagus, jadi cepat rampung. Esok harinya baru saya perbaiki. Rumah saya yang dekat Rumah Sakit setiap malam mendengar sirine, dan pengalaman itu juga masuk didalam buku itu. Suasana agak mencekam,” jelasnya.

Ia berteriman kasih pada semua terutama pada prof. Yakop atas masukkannya. “Memang saat itu mau saya panjangkan tapi takut terjebak dengan masalah-masalah seperti membosankan. Biasanya orang malas membaca karya panjang. Tapi kalau ada perpanjangan nanti saya buat yang lebih panjang,” pungkasnya.(*)

Check Also

Dukung Kelestarian Lingkungan, Indosat Kampanyekan “Sampah Jadi Pulsa” 5

Dukung Kelestarian Lingkungan, Indosat Kampanyekan “Sampah Jadi Pulsa”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.