Surabaya, (bisnisnasional.com) – Batik sebagai warisan nusantara terus dilestarikan & dikembangkan agar terus eksis hingga ke mancanegara. Terkait hal tersebut, Omah Kreatif ISIK (Ibu Semangat Indonesia Kuat) yang berlokasi di Medokan Asri Barat Surabaya menggelar workshop batik yang diikuti oleh para pelajar Singapore School, Rabu (13/11).
Owner Omah Kreatif ISIK, Prita Eksimaningrum menjelaskan, ini adalah kunjungan kedua setelah Juli kemarin kedatangan sekitar 30 an siswa sekolah tingkat menengah dari Singapura (Common Wealth). Kali ini memang program dari Kementerian Pendidikan Singapura agar para siswa mengenal budaya lain.
“Kedatangan mereka ke Surabaya ini tidak hanya ingin mengenal budaya batik atau olah kain saja namun juga lainnya seperti seni tari, ludruk dan lainnya yang serumpun dengan mereka (melayu). Dan ini merupakan suatu kehormatan bagi kami karena secara tak langsung mendongkrak ISIK jadi lebih mendunia,” katanya.
ISIK didirikan pada 1 Oktober 2022. Adalah sebuah organisasi yang dibentuk awalnya menggunakan dana CSR perusahaan milik pribadi yaitu Cipta Amanah Group.
“Targetnya Kami punya cabang di 31 Kecamatan yang masing-masingnya ada manajer yang bertugas mengkoordinir, mengelola pelatihan-palatihan yang diadakan oleh ISIK di setiap Kecamatan tersebut. Kami ingin bisa memberi manfaat/keterampilan bagi para ibu khusunya di Surabaya untuk mampu mandiri secara finansial. Kedepannya kegiatan tersebut jadi semacam kegiatan nasional,” tambahnya.
Pada kegiatan kali ini hadirnya siswa untuk belajar membatik dan membawanya dari Indonesia sampai ke dunia. Diharapkan semua wanita Indonesia khususnya bisa membatik atau mengetahui prosesnya. Dan ketika para siswa tersebut kembali ke Singapura, Prita berharap mereka bisa menciprakan kreasi batik khas negaranya (Singapura).
Sementara itu perwakilan dari Singapore School, Aisyah menyampaikan bahwa pihaknya datang ke Omah Kreatif ISIK kali ini untuk mengenalkan budaya yang berbeda meski ada sedikit kesamaan.
“Dua bulan lalu kami juga kesini dan ditunjukkan tentang bagaimana proses pembuatan serta alat-alatnya. Tapi kali ini kami membawa 86 pelajar tingkatan 2 dan 3 serta 12 guru. Hasil yang kami peroleh disini nanti akan dibawa ke Singapura untuk didalami lebih lanjut lagi,” katanya. (in)