Surabaya, (bisnisnasional.com) – Tidak bisa dipungkiri jika seorang karyawan sering kali berpindah-pindah dalam bekerja dengan berbagai macam alasan. Kalau melihat attitude generasi milineal saat ini, kita harus bisa lebih realistis bahwa mereka ini tipikal pembosan dan cenderung opportunities.
International Director John Robert Powers (JRP), Indayati mengatakan, kalau mengacu kepada teori Maslow, maka sikap respek / menghargai karyawan paling tidak dapat membuat SDM lebih betah, meskipun kita tidak bisa menebak lubuk hati terdalam setiap manusia, apa yang diharapkan saat bergabung dalam Perusahaan tersebut.
“Karena itu, dibutuhkan waktu untuk menilai SDM tersebut. Terkait berapa lama seperti standar perusahaan pada umumnya yakni perlu dilakukan on the job training untuk waktu 3 bulan minimum untuk sama-sama penjajakan, baik dari pihak individunya sendiri maupun Perusahaan,” katanya.
Ia menjelaskan, meskipun merekrut SDM yang sudah punya pengalaman, tetap butuh “masa adaptasi”. Mengingat manusia bukanlah robot yang bisa kita setel sesuai selera kita, maka susah untuk mendapatkan SDM yang perfect. Jadi tergantung dari seberapa besar cara kita menilai aset SDM tersebut.
“Untuk memenuhi kriteria atau syarat, mereka akan dilatih. Melalui pelatihan ini bisa berjalan efektif dengan Coaching dengan melihat contoh, ( learning by doing). “Sudut pandang kita harus positif bahwa SDM itu adalah partner perusahaan, sehingga harus ada take & give,” tuturnya.
Pelatihan bagi SDM akan berhasil apabila kita sudah mengetahui bidang-bidang apa yang perlu untuk melengkapi hard skill maupun soft skill individu tersebut. SDM tersebut juga harus punya passion untuk materi Pelatihannya sehingga tidak ada sikap yang morass terpaksa.
“Selain itu, kita lakukan “pengukuran hasil kerja” dengan Standard yang sudah dibakukan terlebih dahulu oleh Perusahaan. Dan berikan punish dan reward. SDM yang baik itu adalah yang memiliki integritas, dapat dipercaya, punya kemampuan dalam bersosialisasi atau adaptable dan isiplin diri,” terangnya.
Sementara untuk mempelajari kepribadian SDM, tentunya dilakukan banyak faktor seperti melihat CV pelamar, dilihat dari test kepribadiannya dan interview one on one. Karena kepribadian lebih bisa terbaca melalui tatap muka. Pribadi yang challenger tau comfort zone. Pribadi yang pembelajar dan senang mengembangkan wawasan.
“Kita harus siap menghadapi turn over yang tinge. Pelajari kepribadian serta latar belakang keluarganya jika ingin melihat siapa dan bagaimana SDM kita,” pungkasnya. (nisa)