Surabaya, BisnisSurabayaNews.com-Motor Gede atau yang biasa kita kenal Moge menjadi daya tarik sendiri bagi sebagian orang. Bukan hanya mengarah pada hal negatif seperti kebut-kebutan, tapi akan menjadi hal positif jika hal tersebut menjadi fashion. Putro Pamungkas (46) salah satu yang menjadikan Moge sebagai fashion. Lelaki yang bekerja sebagai Corporate communication XL ini mengaku senang dengan moge.
“Saya suka karena itu jadi fashion, kalau motor kita beda dan dikagumi orang itu luar biasa. Saya lebih suka memodifikasi motor ketimbang untuk balapan. Yaa, faktor U juga (faktor usia),” katanya.
Sekitar 8 tahun lalu ia suka dengan moge, dan baru 4 tahun terakhir ia ikut bergabung dalam Ninja Club. “Sebenarnya suka motor sudah lama, karena keterbatasan dana sehingga tidak beli baru. Motor yang sudah ada dirubah. Apalagi orang Surabaya kreatif mengubah,” katanya.
Pertama motor yang ia miliki adalah Tiger, nah ia modifikasi hingga menghabiskan dana 10 juta. Putro merasa puas dengan modifikasi motornya. Karena baginya, sangat memuaskan jika motor miliknya berbeda dengan yang lain. Apalagi ada yang mengaguminya. Itu sebuah kepuasan tersendiri katanya.
Bagi Putro, modifikasi bukan masalah berapa biayanya dan bukan juga performa namun lebih kepuasan dan gaya hidup. Ia suka modifikasi tampilan saja seperti ban di besarin, bukan pada mesinnya yakni lebih ketampilan. Menurutnya, kalau mesin ada itungan efeknya ketika dimodifikasi.
Tampilan saja yang tidak beresiko. Setelah itu, Putro mengganti motornya. Ia menjual Tiger kesayangannya hanya Rp 11 juta, padahal biaya modifnya saja dulu Rp 10 juta.
“Kemudia saya membeli motor Ninja, alasanya karena sekian motor yang sporty belum bisa mengalahkan model Ninja dan yang paling disukai banyak orang. Ini pun juga saya modofikasi seperti sebelumnya hanya masalah tampilan saja seperti ban dibesarkan,” ujarnya.
“Tetap tampilan dibikan lebih custom, waktu itu, biaya modifikasinya 6 sampai 7 juta rupiah. Sampai sekarang ya ini masih ada,” lajut lelaki kelahiran Surabaya, 2 Februari 1970.
Ia mengakui, pertama kali modifikasi sempat ragu, berawal dari kecelakaan. Saat itu Putro menggunakan motor Tigernya. Semua onderdil rusak parah. “Disitulah saya mulai bermain modifikasi,” akunya.
Dan beberapa kegiatan pun ia ikuti. Dulu masih aktif memang di klub, namun seiring dengan usia dan kesibukannya sudah jarang. Padahal saat nongkrong itu saling berbagi informasi dan berbagi ilmu, serta informasi modofikasi dan melihat secara langsung modifikasi anggota juga bisa didapat.
Sementara touring, Putro jarang mengikuti karena biasanya waktu weekand dan itu tidak bisa ia lakukan karena waktu untuk keluarga. “Pernah touring sekali, coba Suramadu pertama di tengah-tengah,” pungkasnya. (diyah)