Surabaya, (bisnisnasional.com) – Sebagai salah satu pendatang baru didunia bisnis, Verawaty berusaha untuk tetap eksis dalam industri gym. Ia membuat tempat gym disalah satu Apartemen di Surabaya. Urban Fitnes hadir untuk memberikan manfaat pagi masyarakat yang membutuhkan tempat fitnes. Dan baik buruknya tersebut bergantung pada strategi yang diterapkan pemiliknya. Seperti yang kini lagi dipikirkan Vera.
“Baik buruknya bisnis, bergantung saya sendiri. Inilah yang membedakan dengan menjadi pekerja. Kalau dulu, saat bekerja saya tidak pernah memikirkan untung rugi karena saya menerima gaji bulanan dan tidak pernah berfikir. Kini, saya harus memikirkannya. Karena ini menjadi tanggung jawab saya. Semapat dilema juga sebelumnya,” katanya.
Memang, banyak perbedaan menjadi karyawan dengan mendirikan sendiri. Namun, bagi Vera pengalaman menjadikannya bisa membuat sebuah tempat fitnes. Ia menjelaskan kiprahnya didunia gym sudah cukup lama. Berawal dari pekerjaanya di selebrity fitnes selama 3 tahun dan Clark Hatch di Garden Palace Hotel selama 6 tahun hingga ia membuat sistem, kemudia di gold gym inilah yang membuatnya paham benar tata cara menjalankan bisnis gym.
“Padalah saya bukan orang bisnis, tapi orang Arsitek. Namun, karena pengalaman dan keterusan dibidang ini hingga saya fokus menjalankan Urban Fitnes ini,” jelas perempuan kelahiran Pamekasan. Karena proyek dipekerjaan macet, hingga kehabisan uang inilah Vera mengenal dunia gym. Alhasil bisa membuka bisnis sendiri dan eksis hingga sekarang.
Urban gym hadir pada 2016 lalu, dengan 17 karyawan yang memang ahli dibidangnya. Hingga akhir tahun ingin menargetkan 2 tambahan lagi, ia berencana membuka di Marvel city dan yang ada sekarang di partemen Gunawangsa dilakukan perluasan. Ada program crossfit tranning yakni latihan fitnes yang menggunakan berat tubuh sendiri dengan alat kecil-kecil.
Vera berharap, dengan adanya Urban Fitnes hadir sebagai bentuk Mega gym yang lebih indonesia. Untuk standarisasi sama namun kedepan kita ingin fokus disana sehingga”Mega gym tidak hanya untuk menegah atas tapi menegah bawah juga bisa menikmati. Harapan pribadi setiap kota ada,” jelas perempuan kelahiran 1979.
Jika ditanya perbedaan bekerja dan memiliki usaha sendiri, Vera mengungkapkan kalau bekerja diperusahaan apalagi sudah besar maka ketetapan sudah baku. Kebijakan terbentur oleh posisi yang lebih tinggi. “Ada kebijakan yang belum bisa saya jalankan,” ungkapnya.
Parahnya lagi, sampai tidak bisa punya waktu bertemu anak-anaknya karena sering keluar kota. Sementara jika usaha sendiri lebih bisa fleksibel terkait waktu dan ide-ide kreatif. Dari segi waktu lebih banyak waktu untuk keluarga. “Tapi tidak bisa nganggur, namanya juga merintis. Tapi tidur masih bisa sama anak,” akunya.
“Hanya saja, seperti yang saya katakan tadi. Saya harus memiliki strategi terhadap bisnis yang saya bangun karena baik buruknya, untukng ruginya bergantung saya. Enak juga bisa mengembangkan usaha dan saya juga punya waktu untuk kegiatan sosial. Lebih bisa menjadi diri sendiri,” pungkasnya. (nisa)
Foto : indra