Surabaya, (bisnisnasional.com) – Kabar gembira bagi pasien pasca stroke, salah satu mahasiswa ITS membuat sepeda untuk pasien tersebut. Hal ini dipamerkan dalam simulasi diacara Hidup sehat bersama SERAITS yang digelar Laboratorium Perancangan dan Pengembangan Produk (P3), dari Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri ITS.
Rosa Dila, Mahasiswa ITS semester 1 pasca Sarjana ini bercerita awal mula ide tersebut. Fokus pada bidang kesehatan, ia mencari alat yang diperlukan pasien rehabilitasi yang belum ada di masyarakat.
“Kalau rehabilitasi belum ada alat, makanya kita bikin alat yakni Sepeda Roda Tiga ITS. Karena semua orang bisa memakai sepeda. Makanya kita menginisiasi dengan sepeda roda 3 untuk pasien pasca stroke,” katanya.
Hasil pengujian tersebut, menurut pendapat mereka (pasien), pasien seakan sudah ada efek. lebih enak dan pada cerita kalau dikamar mandi sudah bisa sendiri.
Sementara itu, menurut Dokter Instalasi Rehabilitasi Medis, dr I Putu Alit Pawana Sp.KFR-K mengatakan, alat tersebut sudah secara fungsinya. Melihat tampilannya sangat kokoh, fleksibel dan tidak membosankan.
“Pokoknya jangan sampai setelah memakai alat ini, pasien malah mengalami sakit, capek dan tidak nyaman. Safety nya pasien harus dipenuhi. Bisa sendiri tanpa didampingi keluarga makanya harus aman. pedal jangan berat, agak ringan tapi bisa jalan,” katanya. “Saya kira sangat bagus, plus tambahan harus ada monitoringnya,” tambahnya.
Hal senada dikatakan tim Laboratorium P3, Dr. Dyah Santhi mengatakan, secara fungsional, sepeda ini sudah layak digunakan. Sehingga tinggal memikirkan bagaimana nanti bisa dikomersilkan. Karena bisa menjadi aternatif hiburan diluar ruangan bagi pasien pasca stroke. Beberapa pertimbangan yang dipikirkan seperti bagaimana warnanya, bagaimana estetiknya dan bagaimana fungsinya untuk kesehatan juga.
“Kita juga sudah melakukan survey pasar dan bagaimana pendekatannya sudah kita lakukan. Karena memang Lab kami juga mendesain aspek fungaionalnya seperti kenyamanan dan kesehatan cara kerja sepeda ini, serta aspek yang dilihat untuk dikomersilkan,” katanya.
Ditambahkan, Dr. Putu Dana yang juga sebagai tim Laboratorium P3, Kajian lebih kearah manufaktur. Beberapa perbaikan fungsi, pegangan dan sadel, karena pasien pasca stroke tidak bisa pegang terus menerus dan posisi kaki agak sedikit miring biasanya sehingga harus menyesuaikan pengguna.
“Kami menambah memperbaiki fungsi dari itu. Jika dikomersikan maka kami melakukan pendekatan pada pihak rumah sakit, mau tidak mau RS jadi tempat pertama produk ini diperkenalkan. Kemudian pendekatan dengan distributor, kita bersosialisasi. Komunitas sepeda dan komunitas pasca stroke,” tandasnya.
Ia menambahkan, untuk saat ini melihat dari perhitungan kasar, karena belum produksi masal juga. Jadi harganya tidak sisa murah. “Untuk saat ini kisaran harganya 7 sampai 8 juta rupiah. Diharapkan harga lebih terjangkau jika volume bertambah dan bisa produksi masal,” ungkapnya.
Doni yang menjadi Tim Produksi sepeda, mengantisipasi para mahasiswa yang sedang TA dalam bentuk produk susah ke bngkel dan biasanya tidak bisa request. Ia berfikir bagaimana bila membuat workshop. Akhirnya dia bersama tim di Tanggulangin menangani TA ITS yang membuat produk supaya mereka tidak kesusahan.
“Jadi mereka bisa request. Untuk proses produksi menyesuaikan desain, tiap mahasiswa berbeda-beda. Juga biaya berbeda untuk masing-masing desain. Kalau mempatenkan desainnya dan dibuat banyak jadi murah jatuhnya,” jelas dia.
Rosa berharap sepeda ini bisa dimanfaatkan dan bisa diproduksi masal untuk dijual karena banyak yang bertanya (pasien pasca stroke) kapan bisa dibeli. (nisa)