Surabaya, (bisnisnasional.com) – Menstruasi pertama kali (menarche) dari zaman ke zaman kini semakin dini dialami oleh anak perempuan yang usianya cenderung lebih muda. Hal tersebut berdasarkan fakta dari beberapa penelitian. Jika sebelumnya menarche dialami oleh remaja perempuan berumur 11–14 tahun, di masa kini dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa anak perempuan sudah mengalami menstruasi pertama kali di umur 9-11 tahun.
Salah satu faktornya adalah gaya hidup dan pola makan. Tren gaya hidup sedentari dan pilihan makanan seperti restoran cepat saji, junk food (makanan tinggi kalori dan lemak namun rendah mikronutrien).
Beta Sindiana, S.Gz selaku ahli gizi mengatakan, terdapat korelasi antara frekuensi konsumsi junk food dengan usia menarche. Ditemukan bahwa anak perempuan yang mengonsumsi junk food lebih dari 2x per minggu, maka lebih banyak mengalami menarche dini (<12 tahun) dari yang mengonsumsi junk food kurang dari 2x per minggu.
“Menarche dini memiliki dampak negatif pada anak dan diteliti memiliki hubungan dengan meningkatnya risiko obesitas abdominal, kanker payudara, resistensi insulin, penyakit kardiovaskular, dan hipertensi (Maditias D.P, 2015),” katanya.
Sementara itu, Psikolog Anak Devi Sani, M. Psi memaparkan, masa pubertas termasuk menarche di dalamnya memiliki banyak dampak psikis terutama pada anak yang baru pertama kali mengalami. Seperti perubahan fisik yang membingungkan, perubahan hormon, yang menimbulkan banyak pertanyaan bagi anak.
Berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia tahun 2019, 65 persen orang tua Indonesia tidak membicarakan tentang menstruasi ke anak, dan 45 persen orang tua Indonesia juga menganggap pembicaraan tentang menstruasi penting untuk dilakukan ke anak. Padahal, menstruasi memberikan beberapa perubahan dan dampak pada anak.
“Secara psikis, anak yang mengalami menstruasi pertama kali menjadi bingung harus bertanya ke siapa karena malu, dan cenderung tidak ingin membicarakannya pada siapapun, padahal, banyak hal-hal penting yang perlu diketahui oleh anak yang berkaitan dengan menstruasi,” ujarnya.
Seiring dengan konteks ini, bertepatan dengan Hari Kesehatan Nasional, PT Uni-Charm Indonesia Tbk melalui brand-nya Charm, merk pembalut perempuan Indonesia, memperkenalkan Website “Charm Girl’s Talk” Edukasi Menstruasi Untuk Anak.
Berdasarkan data Lapangan Survei Demografi & Kesehatan Reproduksi Remaja tahun 2017, ditemukan bahwa 1 dari 5 remaja putri Indonesia tidak mendapatkan informasi tentang menstruasi sebelum mereka mendapatkan menstruasi pertama.
President Director PT Uni-Charm Indonesia Tbk, Yuji Ishii berujar bahwa pihaknya memiliki tanggung jawab tidak hanya untuk inovasi dan pengembangan produk, tetapi juga tanggung jawab sosial untuk menjadi pionir dalam mengedukasi masalah menstruasi di Indonesia.
“Menstruasi merupakan komponen esensial dari kesehatan reproduksi, sehingga pendidikan tentang menstruasi sangat penting, apalagi saat ini menarche sudah dialami sejak usia dini,” jelasnya.
Pihaknya melihat internet merupakan platform yang sangat potensial untuk memberikan edukasi kepada anak dan remaja mengenai menstruasi terutama di masa pandemi. Selama ini juga pihaknya selalu mengadakan edukasi menstruasi secara langsung dengan pergi ke sekolah-sekolah.
Dengan memberikan konten edukatif yang dapat diandalkan, Charm Girls’ Talk juga memiliki fitur games, dan UI/UX yang mudah digunakan, sehingga anak tidak merasa bosan dalam mempelajari menstruasi.
“Selain itu, pada interface website, terdapat pilihan orang tua atau anak, jadi website ini bisa menjadi konten edukasi untuk orang tua yang ingin belajar, sehingga dapat mengajarkan menstruasi untuk anaknya,” imbuh Yuji.
Menurut Devi, platform edukasi seperti Charm Girl’s Talk dapat menjadi opsi untuk orang tua mengedukasi anak tentang menstruasi, “Jika orang tua tidak bisa berbicara langsung kepada anak, orang tua bisa mengarahkan anak untuk mempelajari menstruasi sendiri dengan mengakses website seperti Charm Girl’s Talk,” tambah Devi.
Dr. Poppy Dewi Puspitawati M.A., Widyaprada Ahli Utama, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, turut mengapresiasi upaya Charm dalam memberikan edukasi kesehatan reproduksi bagi anak dan remaja perempuan khususnya mengenai menstruasi yang merupakan salah satu perhatian dari Kemdikbud.
Menurutnya, menstruasi anak mempengaruhi tingkat partisipasi sekolah berdasarkan data Kemdikbud tahun 2019. Karena itu penting bagi fasilitator pendidikan yakni guru dan sekolah untuk dapat memberikan edukasi yang mumpuni, termasuk juga kepada orang tua yang merasa kesulitan untuk menjelaskan perihal menstruasi kepada putrinya.
“Website edukatif seperti ini bisa menjadi opsi untuk memberikan edukasi kepada siswi dan kami mengapreasiasi Charm atas website Charm Girl’s Talk, semoga ini dapat memberikan pencerahan kepada lebih banyak anak dan remaja perempuan dalam mempelajari dan menghadapi menstruasi dengan benar,” ucapnya.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) yang turut berpartisipasi dalam peluncuran website menyampaikan, bahwa menstruasi perlu dikomunikasikan dan diedukasi dengan baik, dari mulai siklus-nya, hingga mitos-mitos yang berkaitan dengan menstruasi.
“Di masa sebelumnya, saya menyesali bahwa menstruasi tidak banyak diedukasi dengan mapan, padahal sebenarnya hal ini perlu dipahami dan mudah untuk dipahami,” ujar Hasto.
Ia menambahkan, banyak terjadi seorang perempuan mengalami masalah berkaitan reproduksi di waktu yang terlambat, karena mereka tidak memiliki pemahaman sejak dini, sehingga anak dan perempuan remaja harus mengerti tentang reproduksi dan menstruasi sedini mungkin, karena memiliki kaitan dengan masalah reproduksi lainnya.
“Menurut saya, dengan adanya website seperti ini, akan sangat bermanfaat, untuk memberikan pemahaman yang komprehensif terutama kepada anak hingga orang tua tentang menstruasi,” tutupnya.
Website Charm Girl’s talk sudah dapat diakses baik oleh orang tua ataupun anak mulai 12 November 2020. (indra)