Surabaya, (bisnisnasional.com) – Sudah 15 tahun lalu, Desy Sari Dewi bekerja di PT XL Axiata. Awal kariernya di Banjarmasin yang juga merupakan kota kelahirannya. Ia mulai menjabat menjadi Supervisor di Banjarmasi selama 4 tahun, kemudian dipromosikan menjadi Manager di Balikpapan, 4 tahun kemudian ia dipromosikan menjadi General Manager di Makasar. Dan kembali lagi di Banjarmasin, setelah itu baru di Surabaya. Setelah 5 tahun di Surabaya, ia dipromosikan menjadi Vice President East Region XL hingga saat ini.
Awalnya ia tidak ingin di rolling, bahkan sempat menangis saat itu, lalu bosnya yang memaksa untuk mengambil pekerjaan tersebut, sehingga ia mulai berfikir bahwa pengalaman itu perlu. Dan tak perlu takut dengan rolling tempat, hingga akhirnya sekarang sudah terbiasa. Setiap berpindah tempat memang harus belajar beradaptasi, karena pengalamannya berpindah-pindah tempat tersebut jadi bisa menilai karyawannya.
Menurutnya, masing-masing orang punya karakter yang berbeda-beda. Sehingga cara penanganannya pun berbeda. “Menghandle karyawan itu ada seninya. Karena banyak karakter yang kita dapat. Misalnya ada orang yang kita marahi langsung kerja, tetapi ada pula orang yang harus kita lakukan pendekatan dulu baru bisa bekerja. Diomongin secara persuasif baru paham. Tapi jangan terlalu lembek juga, nah cara seperti itu yang harus kita gunakan. Melihat karakter masing-masing individu,” terang wanita kelahiran 1976.
Ia juga belajar psikolog, bagaimana menghandle orang. Ada trik untuk mendekatkan dari person ke person. Desy bikin tim atau karyawannya seperti teman. “Misalnya, makan bareng, ngobrol bareng, karena pada saat kita berbaur dengan mereka kita bisa mengenal mereka lebih dekat, kenanya lebih mudah,” tutur wanita yang hobby membaca ini.
“Untuk memahami karakter masing-masing karyawan diperlukan pendekatan personal. Ada orang jujur dan ada yang tidak, ada yang dimarahi baru kerja tapi ada yang tidak bisa kita marah-marahi terus, ada orang yang harus diberi motivasi baru bekerja.
Ia mengaku, kadang harus marah-marah kepada karyawannya tapi tetap merangkul. Tak lupa, sebgai seorang pimpinan ia juga menghargai karyawannya. Dilakukan dari hal paling mudah yakni dengan sapaan yang sopan seperti mas atau mbak jika memanggil tim atau karyawannya.
Wanita yang mengawali karir pada 2002 ini mengatakan, sebagai seorang pimpinan harus bisa melihat karater tim, biasanya Desy melihat itu dari performanya. Karena karakter tiap orang berbeda-beda ada yang memang harus dipimpin secara keras, ada pula yang harus dengan cara halus. Karena banyaknya kultur di Indonesia ini membentuk karakter yang berbeda pula pada setiap karyawan.
Tidak semua orang punya kemampuan yang berbeda. Misal performa dia jelek, kenapa bisa jelek harus dipelajari. Begitu juga mereka yang performa bagus, kenapa bisa Bagus dan ini kita dijadikan model supaya dibawah bisa seperti dia. “Kebetulan kita perusahaan besar yang didukung dengan teknologi jadi ada monitoring untuk mengetahui performa karyawan,” terang alumnus UK Petra.
Juga harus bisa merangkul semua divisi atau timnya demi tercapainya suatu target. Merangkul dalam artian ia bisa menjadi seorang teman. Hal-hal seperti ini, ia pelajari secara otodidak dari buku. Tidak hanya itu, ternyata banyak pula pelatihan yang ia ikuti dari awal berkarier di XL hingga sekarang.
“Bersyukur juga di XL ini kita banyak mendapat training jadi bisa belajar sekalian. Beberapa training seperti leadership, couching, marketing dan masih banyak lagi,” pungkas ibu 2 anak tersebut. (lenny/nisa)